Kamis, 24 Maret 2011

Kepulauan Raja Ampat, salah satu Kepulauan ter indah yang ada di indonesia




Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan yang berada di barat pulau Papua di provinsi Papua Barat, tepatnya di bagian kepala burung Papua. Kepulauan ini merupakan tujuan penyelam-penyelam yang tertarik akan keindahan pemandangan bawah lautnya. Empat di antara gugusan pulau ini adalah pulau terbesar yaitu:

* Pulau Waigeo
* Pulau Misool
* Pulau Salawati
* Pulau Batanta









Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata, terutama wisata penyelaman. Perairan Kepulauan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan, mungkin juga diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini.

Dr John Veron, ahli karang berpengalaman dari Australia, misalnya, dalam sebuah situs ia mengungkapkan, Kepulauan Raja Ampat yang terletak di ujung paling barat Pulau Papua, sekitar 50 mil sebelah barat laut Sorong, mempunyai kawasan karang terbaik di Indonesia. Sekitar 450 jenis karang sempat diidentifikasi selama dua pekan penelitian di daerah itu.


Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah melakukan penilaian cepat pada 2001 dan 2002. Hasilnya, mereka mencatat di perairan ini terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid stomatopod crustaceans. Ini menjadikan 75% spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun tempat dengan luas area yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini.

Ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya dengan persentase penutupan karang hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat antara P. Waigeo dan P. Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Timur Selatan dan Kepulauan Wayag. Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe gosong atau taka. Di beberapa tempat seperti di kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.


Spesies yang unik yang bisa dijumpai pada saat menyelam adalah beberapa jenis pigmy seahorse atau kudalaut mini, wobbegong dan Manta ray. Juga ada ikan endemik raja ampat, yaitu Eviota raja, yaitu sejenis ikan gobbie. Di Manta point yg terletak di Arborek selat Dampier, Anda bisa menyelam dengan ditemani beberapa ekor Manta Ray yang jinak seperti ketika Anda menyelam di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Jika menyelam di Cape Kri atau Chicken Reef, Anda bisa dikelilingi oleh ribuan ikan. Kadang kumpulan ikan tuna, giant trevallies dan snappers. Tapi yang menegangkan jika kita dikelilingi oleh kumpulan ikan barakuda, walaupun sebenarnya itu relatif tidak berbahaya (yang berbahaya jika kita ketemu barakuda soliter atau sendirian). Hiu karang juga sering terlihat, dan kalau beruntung Anda juga bisa melihat penyu sedang diam memakan sponge atau berenang di sekitar anda. Di beberapa tempat seperti di Salawati, Batanta dan Waigeo juga terlihat Dugong atau ikan duyung.

Karena daerahnya yang banyak pulau dan selat sempit, maka sebagian besar tempat penyelaman pada waktu tertentu memiliki arus yang kencang. Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan drift dive, menyelam sambil mengikuti arus yang kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan. Ada juga pesawat karam peninggalan perang dunia ke II yang bisa dijumpai di beberapa tempat penyelaman menjadikan tempat yang bagus untuk wreck dive seperti di P. Wai. Dan masih banyak lagi situs terumbu karang yang sebenarnya belum pernah dijamah. Ini menjadikan penyelaman di Raja Ampat terasa lebih menantang.


The Raja Ampat island group spreads out over a huge area and consists of over 610 islands. The four largest islands are Waigeo, Batanta, Salawati and Misool and are located at the Westside of the “Bird head peninsula” in New Guinea. The Indonesian province Papua is the western half of the island of New Guinea, while Papua New Guinea is the eastern half.


Raja Ampat is frontier diving. One of the last truly wild places on earth, it has yet to succumb to the pressures of over fishing, coral bleaching, exploding tourism and overpopulation. The diving reflects this. Topside there are few roads, even few boats ply the water in the Raja Ampat islands on the "bird's head", the far northwestern end of Papua where Papua Diving is located. Underwater, the life is wild, extraordinarily plentiful and for the most part, unexplored.

Straddling either side of the equator, Indonesia sprawls in a broad 5,000 km arc from west of Singapore to Papua New Guinea in the east. The world's largest archipelagic nation, Indonesia boasts 17,000 islands, 80,000 km of coastline, 50,000 sq km of coral reefs, and 3.1 million sq km of tropical seas.


Indonesia’s easternmost province is West Papua (formerly known as Irian Jaya), which shares an enormous island with Papua New Guinea (PNG). Just off West Papua’s northwestern tip is a series of islands known as Raja Ampat, or 'The Four Kings’ in Indonesian.

Located within the famed Coral Triangle, this area is comprised of four large forested islands, innumerable smaller islands and rocky outcroppings, all surrounded by a seemingly endless expanse of azure sea.
Raja Ampat's diverse terrestrial and underwater topography is simply breathtaking. Massive tracts of primeval jungles blanket the islands, sheltering orchids, marsupials, birds of paradise, hornbills, and cockatoos.

Sheer, craggy cliffs drop from high peaks to the water, and then continue on all the way down to the bottom of the sea. These underwater walls are current-raked gardens festooned with all manner of soft coral and gorgonian fans.


Raja Ampat abounds in diverse reef systems, the majority of which have yet to be explored. There is a seemingly inexhaustible selection of unmapped walls, reef flats, caves and swim throughs, gentle sea mounds, mucky mangroves, placid lagoons, pinnacles, and WWII wrecks.

The clear waters are teeming with big pelagics, massive schools of hunting fish, whale sharks, manta rays, mobula rays, dolphins, whales, turtles, tawny sharks, and wobbegong sharks.


Macro delights include a bewildering assortment of garish nudibranchs, blue ringed octopus, Mandarin fish, harlequin shrimps, flame file shells, ghost pipefish, frog fish, and a range of elusive pygmy seahorses.


This area’s staggering abundance of marine life is due in part to its remarkably low human population density. Beneath the verdant canopy, the islands are primarily karst limestone, which are dry, inhospitable, and overwhelmingly vertical.

The few resident Papuans are mainly a subsistence society, exploiting a variety of resources to meet their basic needs. Fishing is only one of these resources, and they continue to employ traditional, low-impact fishing techniques, using a hook and line from dug-out canoes. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Text Widget